Cast:
·
Kim Ji Yo (OC)
·
Cho Kyu Hyun
·
Lee Dong Hae
Genre: Romance, Angst (AU)
Rating: 15+ (PG)
Length: Oneshoot
Disclaimer: Cerita ini muncul dari otak konsletku.
Soundtrack:
Because You’re My Man by G-Na
“Kata cintaku terasa dingin olehmu”
Dia
berkata padaku bahwa belakangan ini aku membosankan. Dia sudah berulang kali
mengatakannya di saat-saat dia mencapai titik jenuh. Namun, setelah dia
mendinginkan kepalanya kembali dia akan meminta maaf padaku dengan berbagai
cara. Aku tidak menyalahkannya dengan sikapnya yang seperti kekasih kurang
kasih sayang. Itu memang kenyataan. Aku tidak suka mengumbar kemesraan di depan
umum bahkan di depan teman-temanku. Sering dia merasa bahwa aku yang mengendalikannya,
padahal aku tidak sepenuhnya bermaksud demikian.
Akhir-akhir
ini dia jarang muncul. Rindu? Sudah pasti. Dia pasti sedang sibuk, karena tidak
jarang pesan singkatku diabaikannya. Kyuhyun tipe orang yang sangat sulit untuk
diberi pengertian. Oke. Aku akui semua yang aku lakukan di masa lalu memang
salah, selalu melarangnya untuk melakukan perhatian-perhatian yang memang wajar
dilakukan oleh seorang kekasih pada gadisnya. Dia adalah kekasih pertamaku
sehingga aku masih kaku dalam menjalani hubungan ini walaupun status kita sudah
dijalani hampir dua tahun. Tetapi jika setelah terjadi konflik, kita akan
berbaikan kembali walaupun kata putus atau sebagainya sempat terlontar dari
bibirnya dan itu sudah sering terjadi.
Terlihat
dia sedang duduk-duduk bersama teman-temannya di gazebo kampus. Dengan
mengumpulkan keberanian aku mencoba menghampirinya.
“Kyuhyun.”
Aku memanggilnya untuk yang pertama kali dalam enam hari ini.
Semua
perhatian tertuju padaku yang tiba-tiba hadir di hadapan mereka. Teman-teman
Kyuhyun tersenyum sambil berbisik-bisik.
“Eh
Kyuhyun kami pergi dulu ya.” Ucap salah satu teman Kyuhyun.
“Mau
kemana? Buru-buru sekali.” Kyuhyun menyahuti.
“Kan
sudah ada Ji Yo, kita tidak mau mengganggu acara berduaan kalian.” Ucap salah
satu dari mereka dengan nada menggoda.
Setelah
mereka benar-benar pergi, aku duduk di sebelah Kyuhyun.
“Kyu.”
Panggilku.
“Hmm.”
Gumamnya.
Kenapa
tiba-tiba moodnya seketika berubah saat berdekatan denganku. Dingin. Ini
gejala-gejala bahwa Kyuhyun sedang tidak minat berbicara padaku.
“Kau
sedang marah padaku?” tanyaku.
“Menurutmu.”
“Ayolah
Kyu jangan seperti anak kecil.” Ucapan itu keluar begitu saja dari mulutku.
“Kamu
mulai lagi. Senang menggurui orang lain. Kau tidak pernah berkaca? Kau yang
seperti anak kecil! Kau selalu memikirkan dirimu sendiri, bagaimana denganku?
Kau pernah memikirkannya? Aku sudah tidak tahan dengan hubungan ini.” Ucapnya
menggebu-gebu.
Kenapa
seperti ini lagi. Dia semakin marah kepadaku. Dia selalu mengeluarkan kata-kata
beracunnya padaku jika sedang dalam situasi seperti ini.
“Ya
ampun Kyu kau berlebihan sekali! kenapa jadi mengomel tidak jelas.” Balasku tidak
mau kalah.
“Sebenarnya
inikan mau mu, menghampiriku hanya untuk mengajak berdebat.” Ucapnya masih
mempertahankan nada dinginnya.
“Aku
menghampirimu untuk meminta maaf Kyu.” Ucapku lirih.
“Minta
maaf, kenapa baru sekarang kau melakukannya, sebelum-sebelumnya aku yang selalu
mengalah, apakah kau merasa seperti gadis yang sangat disukai oleh semua kaum
pria?”
“Kenapa
kau berkata seperti itu.” Ucapku nelangsa setelah mendengar ucapannya yang
sudah tidak terkontrol.
Dia
terdiam. Aku memperhatikannya yang tiba-tiba membereskan buku-bukunya yang tadi
dipegangnya dan mencabut earphone yang sejak tadi terpasang di kedua
telinganya. Ia berdiri lalu menatapku dengan serius.
“Mungkin
kau akan dewasa jika berpisah dariku.” Ucapnya sambil berlalu.
“Kau
sedang bercanda kan?” Pertanyaan putus asaku menghentikan langkahnya.
“Kali
ini aku sedang tidak bercanda, mungkin sebelum-sebelumnya kebodohanku sangat
mendominasi karena masih saja mempertahankan perasaan cinta pada gadis
membosankan yang egois, setelah ini kau jangan menghubungi aku lagi atau
mengirimiku pesan singkat, karena dapat mengganggu hubunganku dengan Min Hee,
dia bisa salah paham.” Ucapnya tanpa menoleh padaku dan melanjutkan langkah
panjangnya.
“Min
Hee?” aku menatap kepergiannya dengan nanar.
Apa
yang dia katakan? Min Hee? Mereka berpacaran diam-diam di belakangku? Dia
membuangku di saat-saat aku sedang berusaha memperbaiki diri. Apakah ini bentuk
pemberontakkannya. Bukankah dia pria yang sangat jujur, selingkuh, tetapi tidak
segan-segan untuk diumbar pada kekasihnya sendiri. Ah aku lupa, aku sudah tidak
menjadi kekasihnya mulai saat ini. Tubuhku kaku dan mataku memanas.
“Seharusnya
tadi aku langsung menamparnya.” Ucapku sambil menahan air mata.
“Jangan
menangis Ji Yo.” Aku menghapus buliran air mata yang sempat keluar dari ujung
kelopak mata kiriku.
“Dalam
beberapa hari ke depan pasti dia akan meminta maaf padaku dan memintaku kembali
untuk menjadi kekasihnya. Bukankah ini sudah biasa terjadi.” Hiburku pada diri
sendiri.
“Tetapi
bagaimana jika dia terus menghindariku?” Tanyaku yang menimbulkan rasa pesimis.
Aku
masih sangat mencintainya. Tidak ingin dia dimiliki oleh gadis lain. Apa yang
harus aku lakukan untuk menebus semuanya.
“Sepertinya,
sekarang waktunya aku yang meminta maaf dengan berbagai cara.”
Aku harus
mengenyampingkan harga diriku untuk sementara waktu.
***
Hari
ini aku membawa bekal. Bukan untuk diriku tetapi untuk Kyuhyun. Dia sangat sering
mengabaikan sarapan sebelum berangkat ke kampus. Dia menyukai rollade dan
gimpab, sehingga hari ini aku bangun pagi-pagi sekali untuk membuatkan menu
kesukaannya tersebut sampai mengabaikan sarapanku sendiri.
Aku menatap riang kotak
bekal berwarna hijau yang sekarang berada di tanganku. Beruntung sekali, aku
melihatnya berada di bangku taman bersama salah satu temannya, kalau tidak
salah namanya Donghae.
“Kyu!”
Panggilku setelah jarak kita sudah dekat.
Mereka
berdua seketika menoleh ke arahku. Namun, Kyuhyun memiliki tatapan yang berbeda
dari Donghae. Seperti tatapan jengah. Jangan terpengaruh oleh tatapan intimadasinya
Ji Yo, jangan menyerah.
“Bukankah
kemarin kita sudah resmi berpisah, apakah itu belum jelas, Ji Yo-ssi.” Ucapnya
dingin dan penuh penekanan.
“Ada
apa dengan kalian berdua?” Ucap Donghae kebingungan.
“Kyu,
aku membawakan bekal untukmu. Emm ini buatanku sendiri, pasti kau belum makan
kan?” Ucapku dengan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap biasa-biasa saja.
“Buatanmu?
Sejak kapan kau bisa memasak, pasti rasanya tidak enak.” Ucapnya mengejek.
“Tapi
Kyu...” Ucapku sambil menahan amarah.
“Aku
sudah makan bekal pemberian Min Hee tadi.” Ucapnya tanpa memedulikan
perasaanku.
“Kyu,
kau kenapa tidak memiliki hati, Ji Yo sudah susah-susah membuatkan bekalnya
untukmu, hargailah sedikit.” Ucap Donghae tiba-tiba.
“Hae.
Jika merasa kasihan kepadanya ..” tiba-tiba Kyuhyun merebut kotak bekal yang
berada di tanganku.
“Makan
ini, jadi dia tidak sia-sia memasaknya.”
Kyuhyun
menyerahkan kotak bekal itu ke pangkuan Donghae, lalu pergi meninggalkan kami
berdua.
“Mungkin
dia benar, kalau masakanku tidak enak, nanti kau bisa keracunan.” Ucapku dengan
bibir bergetar.
Donghae
hanya terdiam saat aku mengambil kembali kotak bekalku. Aku berbalik dan
merasakan sentuhan pada bahuku.
“Bukankah
itu bekal milik Kyuhyun, dan Kyuhyun sudah memberikannya padaku. Jadi ini
milikku.” Ucapnya lalu duduk kembali.
Ia
membuka kotak bekalnya dan langsung melahap isinya. Aku masih dengan kokoh
berdiri di hadapannya.
“Wah
Kyuhyun sangat rugi karena tidak menerima bekal pemberianmu. Aku rasa ini
lumayan enak.” Ujarnya dengan mulut penuh makanan.
Aku
mengambil tempat di sebelahnya sambil menghela napas.
“Kau
sedang berusaha menghiburku kan? Pasti rasanya sangat buruk.”
“Dari
tadi pagi aku belum makan apa pun.” Dia terus memasukan makanan itu ke dalam
mulutnya.
“Sudah
kuduga.” Ucapku pelan.
“Aku
sungguh lapar.” Ia berusaha meyakinkan.
“Kalau
kau lapar, habiskanlah semua.” Ucapku dan beranjak untuk pergi.
***
Aku
belum berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan maaf darinya, tetapi kenapa
rasanya sudah sangat lelah. Kemarin aku datang menghampirinya yang berada di
depan kelas, tetapi ternyata dia sedang menunggu Min Hee dan mengabaikanku.
Mereka berdua bergandengan tangan tepat di depan mataku. Dan menurutku itu
namanya sudah keterlaluan.
Jalanku
semakin melambat saat jalan yang aku pijaki mulai menanjak. Sungguh aku ingin
sekali menampar pipi Kyuhyun. Aku menendang-nendang kerikil yang menghalangi
jalanku sambil menggerutu tidak jelas.
“Arggghhh.”
Teriakku frustasi lalu membuang sepeda yang sejak tadi aku tuntun.
“Hey
Nona, jika ingin berteriak-teriak jangan di jalan pergi saja ke hutan.” Ucap
ahjumma tua yang sedang duduk di depan toko kecil miliknya.
Aku
hanya bisa memungut kembali sepedaku dan merapikan ikatan rambutku. Ini sudah
hampir dua minggu, mengapa Kyuhyun belum memintaku untuk kembali menjadi
kekasihnya tetapi malah semakin lengket dengan Min Hee.
Hari
ini aku harus pergi ke taman dan makan es krim di kedai milik Park Ahjussi,
biasanya hanya itu satu-satunya tempat yang dapat menghiburku.
***
Kenapa
tempat pelarianku terisi oleh makhluk menyebalkan seperti Kyuhyun. Mengapa saat
sudah tidak menjadi milikku dia terlihat semakin tampan. Oh Ji Yo, ayo berpikir
yang waras. Dia terlihat sendirian, aku harus bergerak cepat. Biarlah terlihat
murahan karena mengejar-ngejar pria. Lebih tepatnya cenderung mengemis cinta.
Kukayuh
pedal sepedaku lebih kuat agar cepat sampai ke posisinya. Namun, belum sampai
ke tempat yang aku tuju, tiba-tiba seorang wanita menyeberang jalan, aku yang
terkejut tidak bisa menghindar dan pada akhirnya kita saling bertabrakan. Aku
terpental lumayan keras ke jalan aspal dan wanita yang aku tabrak tersungkur
tidak jauh dari posisiku. Tidak lama, terlihat dia sedang dipapah oleh seorang
pria yang sangat aku kenal. Aku melihat Kyuhyun yang dengan telaten mendudukan
wanita itu yang ternyata adalah Min Hee di kursi taman, Min Hee memang yang
hanya menggunakan dress selutut sepertinya mendapat luka di bagian kaki. Ia membersihkan
luka tersebut dan meniupnya dengan perlahan saat mencoba mengikatkan sapu
tangan pada pergelangan lutut milik Min Hee. Tekanan darahku menaik dan
keinginan untuk menampar Kyuhyun tiba-tiba menguat. Bisa-bisanya dia membiarkan
diriku yang lebih kesakitan dan malah menolong kekasih pelariannya. Saat aku
berusaha sekuat tenaga untuk bangun, mataku melihat bayangan milik Kyuhyun
berada tepat di hadapanku.
“Kenapa
kau suka sekali mengikutiku. Kau tahu! Kau merusak acara kencanku dengan Min
Hee, dan ditambah lagi, kau membuat gadisku terluka!” bentaknya tepat di depan
wajahku.
“Apa
yang kau katakan, dia yang menyebrang jalan sembarangan!” teriakku sambil
menunjuk-nunjuk Min Hee yang terlihat sedang tersenyum sinis ke arahku.
“Jika
bukan kamu yang tidak bisa menaiki sepeda dengan benar, hal seperti ini tidak
mungkin terjadi!”
“Ini
hanya kecelakaan kecil Kyu, lagi pula dia hanya lecet sedikit.” Belaku dengan
terengah-engah karena emosi. “Kenapa kau mati-matian memarahiku hanya untuk
membela gadis itu.”
“Dia
jauh lebih baik darimu.”
“Kau..
kau sangat menyukainya Kyu?” Ucapku dengan air mata yang tiba-tiba mengalir di
pipiku.
“Bukan
hanya menyukainya tapi sangat mencintainya.”
“Kau
tidak peduli lagi padaku Kyu?” ucapku berusaha menatap matanya.
“Tidak.”
Ucapnya sakartis.
Kata-katanya
sangat menyayat hati. Baik. Mulai hari ini aku menyerah. Aku tidak kuat lagi
dengan berbagai cemoohan dan kata-kata kasar yang kau gunakan untuk
menjauhkanku Kyu.
“Setelah
semua perlakuanmu padaku, seharusnya kau meminta maaf padaku Kyu.” Ucapku padanya
seraya berusaha mendirikan sepedaku yang teregeletak di aspal.
“Ji
Yo.” Panggilnya melembut.
Sambil
menahan rasa sakit pada kakiku, kukayuh kembali sepedaku. Aku ingin pergi dari
tempat ini secepatnya. Pipiku terasa hangat sekaligus perih, mungkin pipiku
sedikit tergores saat terjatuh tadi lalu terkena air mata yang terus keluar
dari kedua kelopak mataku. Aku tidak menengok ke belakang untuk melihatnya,
tidak boleh, jangan mengharapkan Kyuhyun kembali dia sudah punya Min Hee,
dengar Ji Yo, kau wanita baik-baik jangan rusak hubungan orang lain. Mungkin
Kyuhyun benar, aku bisa dewasa saat tidak bersama dengannya.
***
Aku
melupakan rencana awal untuk menghibur diri dengan makan es krim, sekarang aku
lebih memilih untuk makan di kedai makanan yang berada di dekat flat milikku.
“Aku
harus makan yang banyak.” Ucapku sambil menyumpitkan sepotong daging dalam
ukuran besar ke dalam mulutku.
Air
mataku mengalir kembali saat teringat perilaku kasar Kyuhyun padaku.
“Ji
Yo kau harus tahu situasi dan keadaan, ini tempat umum, jangan memalukan diri
sendiri.” Kataku pada diriku sendiri.
Kuhapus
air mataku dengan kasar lalu kembali menyumpitkan nasi dalam skala besar.
“Pasti
rasanya sangat asin, rasa asin pada daging ditambah air matamu yang sejak tadi
terus keluar.” Ucap seseorang yang tiba-tiba menyodorkan sapu tangan di depan
mataku yang sedang asyik melahap daging.
Aku
mendongakkan kepalaku dan mendapati sosoknya. “Donghae?”
Dia
duduk dan ikut memakan pesanannya yang sepertinya sudah dipesan saat aku sibuk
menangis tadi.
“Jika
menurutmu ini sangat asin seharusnya jangan memberikan sapu tangan tetapi
minuman ringan.” Ucapku sambil mengambil sapu tangannya.
“Ini
aku pakai ya?” Ucapku seperti meminta izin. Dia hanya mengangguk sebagai
jawaban.
Aku
dengan tidak segan mengelap air mataku dan ingusku menggunakan sapu tangannya.
“Apakah
penyebabnya adalah Kyuhyun.” Tanyanya.
“Siapa
lagi.” Jawabku. “Apakah aku terlihat sangat menyedihkan?”
Donghae
hanya tersenyum namun aku menangkap tatapan prihatin dari matanya. Aku tahu,
aku memang wanita yang sangat menyedihkan.
“Apakah
kau habis berperang dengan Min Hee untuk memperebutkan Kyuhyun?”
“Aku
tidak berperang dengan Min Hee tetapi ribut dengan Kyuhyun.” Ucapku sambil
menyunggingkan senyum getir.
“Lukamu
itu apakah tidak sakit? Kau dipukuli oleh Kyuhyun?” Tanyanya polos setelah
melihat lebam di pipiku.
“Ya
ampun Donghae, Kyuhyun tidak sekeji itu, kecuali mulutnya yang jahanam.” Tiba-tiba
saja nada bicaraku meninggi. “Aku terjatuh dari sepeda saat ingin menghampirinya
untuk memberikan sebuah pukulan maut.” Ucapku sedikit berbohong.
“Ahaha..”
Ia terkikik setelah mendengar kebohonganku.
“Tertawalah
sepuasmu Donghae-ssi.” Cibirku.
“Ji
Yo-ssi aku bisa membantumu untuk membalas dendam pada Kyuhyun.”
“Aku
tidak ada niatan untuk membalas dendam padanya, sia-sia saja. Dia bilang sangat
mencintai kekasihnya yang sekarang, padahal saat berpacaran denganku dia tidak
pernah membela diriku mati-matian seperti tadi sore. Hey bukankah kau
sahabatnya?” tanyaku heran dengan tawarannya.
“Jika
sahabatku sudah bertindak melewati batas aku tidak mungkin membiarkannya begitu
saja, dulu dia hanya ingin kau jera Ji Yo-ssi, tetapi sepertinya dia menikmati
sandiwaranya, dan lebih memilih Min Hee.” Ucap Donghae menjelaskan.
“Ja-jadi
pada awalnya Kyuhyun tidak serius?” tanyaku pada Donghae.
“Mungkin.”
Jawabnya singkat. “Dulu aku yang mengejar-ngejar Min Hee, tetapi ia lebih
memilih sebagai simpanan Kyuhyun.”
“Hae,
kau pasti sangat sakit.” Ucapku jadi berbalik simpati padanya.
“Tidak,
kamu lebih memprihatinkan daripada diriku.” Ucapnya diiringi senyuman lebar.
“Kurang
ajar kau.” Ucapku datar.
Malam
itu aku habiskan untuk bercanda dengan Donghae. Dia memesan banyak makanan
sebagai bentuk perayaan untuk diriku yang menyerah dalam mengejar cinta
Kyuhyun. Dasar orang aneh. Aku tahu dia sedang mencoba menghiburku sama seperti
kejadian bekal waktu itu.
“Terima
kasih karena sudah bersusah payah menghiburku.” Ucapku setelah kami keluar dari
kedai.
“Tidak
perlu, lagi pula tadi aku tidak sengaja melihat gadis patah hati yang makan
dengan rakus. Emm.. aku tidak tega jika melihatmu pingsan karena tersedak. Jadi
aku menghampirimu. Untuk jaga-jaga.” Candanya.
“Tidak
lucu.” Ujarku.
“Tapi
kau mengaku sendiri jika kehadiranku mampu menghiburmu.” Dia berkata
seolah-olah kehadirannya sangat berjasa untukku.
“Terserah.
Aku pulang dulu.” Pamitku padanya.
“He-em
hati-hati di jalan.”
Segera
kududuki sadel sepedaku lalu melambaikan tangan kiriku padanya. “Terima kasih
untuk traktirannya. Jangan lupa, kotak bekalku masih ada padamu.”
“Akan
kubawa besok.” Jawabnya lalu berjalan mengambil arah berlawanan dengan ruteku.
Aku
mengeratkan pegangan tanganku pada stang saat tiba-tiba sosok Kyuhyun bersama
Min Hee tertangkap oleh mataku sedang berada di dalam mobil putih milik Kyuhyun
yang melintas di jalan raya depan kedai. Wajah Kyuhyun yang terkena sorotan
lampu jalan menampilkan ekspresi bahagia yang tidak pernah ia tunjukkan saat
kita bersama dulu.
Aku
sadar, Min Hee memang benar-benar wanita yang cocok untuk Kyuhyun. Senyuman kecut
hanya bisa ku sunggingkan sebagai reaksi setelah melihat kemesraan mereka. Kyuhyun
mungkin sangat tersiksa saat menjalani hubungan denganku.
“Aishh
Ji Yo kau mulai lagi, ikhlaskanlah mereka. Ikhlas. Ikhlas. Hufttt.”
“Jika
dia jodohmu pasti suatu saat nanti dia akan dengan sendirinya kembali ke
pelukanmu.” Lagi-lagi kata penghibur kulontarkan pada diriku sendiri.
Kulanjutkan
kayuhanku, melewati trotoar jalan diiringi tetesan lembut air yang turun dari percampuran
mendungnya awan bersama kegelapan langit di malam hari.
Karena
kau pria yang aku miliki, karena kau cinta yang aku miliki
Kau
tidak dapat mendengar
Juga
tidak dapat mendengar hatiku
Cinta
yang disampaikan air mataku
Bagaimana
air mata dapat membawa kembali seseorang yang tidak punya perasaan…
FIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar