Kamis, 19 Februari 2015

You Don’t Know Love Me


Cast:
·         Kim Ji Yo (OC)
·         Cho Kyu Hyun
·         Lee Dong Hae
Genre: Romance, Angst (AU)
Rating: 15+ (PG)
Length: Oneshoot
Disclaimer: Cerita ini muncul dari otak konsletku.
Soundtrack: Because You’re My Man by G-Na


            “Kata cintaku terasa dingin olehmu”
            Dia berkata padaku bahwa belakangan ini aku membosankan. Dia sudah berulang kali mengatakannya di saat-saat dia mencapai titik jenuh. Namun, setelah dia mendinginkan kepalanya kembali dia akan meminta maaf padaku dengan berbagai cara. Aku tidak menyalahkannya dengan sikapnya yang seperti kekasih kurang kasih sayang. Itu memang kenyataan. Aku tidak suka mengumbar kemesraan di depan umum bahkan di depan teman-temanku. Sering dia merasa bahwa aku yang mengendalikannya, padahal aku tidak sepenuhnya bermaksud demikian.
            Akhir-akhir ini dia jarang muncul. Rindu? Sudah pasti. Dia pasti sedang sibuk, karena tidak jarang pesan singkatku diabaikannya. Kyuhyun tipe orang yang sangat sulit untuk diberi pengertian. Oke. Aku akui semua yang aku lakukan di masa lalu memang salah, selalu melarangnya untuk melakukan perhatian-perhatian yang memang wajar dilakukan oleh seorang kekasih pada gadisnya. Dia adalah kekasih pertamaku sehingga aku masih kaku dalam menjalani hubungan ini walaupun status kita sudah dijalani hampir dua tahun. Tetapi jika setelah terjadi konflik, kita akan berbaikan kembali walaupun kata putus atau sebagainya sempat terlontar dari bibirnya dan itu sudah sering terjadi.
            Terlihat dia sedang duduk-duduk bersama teman-temannya di gazebo kampus. Dengan mengumpulkan keberanian aku mencoba menghampirinya.
            “Kyuhyun.” Aku memanggilnya untuk yang pertama kali dalam enam hari ini.
            Semua perhatian tertuju padaku yang tiba-tiba hadir di hadapan mereka. Teman-teman Kyuhyun tersenyum sambil berbisik-bisik.
            “Eh Kyuhyun kami pergi dulu ya.” Ucap salah satu teman Kyuhyun.
            “Mau kemana? Buru-buru sekali.” Kyuhyun menyahuti.
            “Kan sudah ada Ji Yo, kita tidak mau mengganggu acara berduaan kalian.” Ucap salah satu dari mereka dengan nada menggoda.
            Setelah mereka benar-benar pergi, aku duduk di sebelah Kyuhyun.
            “Kyu.” Panggilku.
            “Hmm.” Gumamnya.
            Kenapa tiba-tiba moodnya seketika berubah saat berdekatan denganku. Dingin. Ini gejala-gejala bahwa Kyuhyun sedang tidak minat berbicara padaku.
            “Kau sedang marah padaku?” tanyaku.
            “Menurutmu.”
            “Ayolah Kyu jangan seperti anak kecil.” Ucapan itu keluar begitu saja dari mulutku.
            “Kamu mulai lagi. Senang menggurui orang lain. Kau tidak pernah berkaca? Kau yang seperti anak kecil! Kau selalu memikirkan dirimu sendiri, bagaimana denganku? Kau pernah memikirkannya? Aku sudah tidak tahan dengan hubungan ini.” Ucapnya menggebu-gebu.
            Kenapa seperti ini lagi. Dia semakin marah kepadaku. Dia selalu mengeluarkan kata-kata beracunnya padaku jika sedang dalam situasi seperti ini.
            “Ya ampun Kyu kau berlebihan sekali! kenapa jadi mengomel tidak jelas.” Balasku tidak mau kalah.
            “Sebenarnya inikan mau mu, menghampiriku hanya untuk mengajak berdebat.” Ucapnya masih mempertahankan nada dinginnya.
            “Aku menghampirimu untuk meminta maaf Kyu.” Ucapku lirih.
            “Minta maaf, kenapa baru sekarang kau melakukannya, sebelum-sebelumnya aku yang selalu mengalah, apakah kau merasa seperti gadis yang sangat disukai oleh semua kaum pria?”
            “Kenapa kau berkata seperti itu.” Ucapku nelangsa setelah mendengar ucapannya yang sudah tidak terkontrol.
            Dia terdiam. Aku memperhatikannya yang tiba-tiba membereskan buku-bukunya yang tadi dipegangnya dan mencabut earphone yang sejak tadi terpasang di kedua telinganya. Ia berdiri lalu menatapku dengan serius.
            “Mungkin kau akan dewasa jika berpisah dariku.” Ucapnya sambil berlalu.
            “Kau sedang bercanda kan?” Pertanyaan putus asaku menghentikan langkahnya.
            “Kali ini aku sedang tidak bercanda, mungkin sebelum-sebelumnya kebodohanku sangat mendominasi karena masih saja mempertahankan perasaan cinta pada gadis membosankan yang egois, setelah ini kau jangan menghubungi aku lagi atau mengirimiku pesan singkat, karena dapat mengganggu hubunganku dengan Min Hee, dia bisa salah paham.” Ucapnya tanpa menoleh padaku dan melanjutkan langkah panjangnya.
            “Min Hee?” aku menatap kepergiannya dengan nanar.
            Apa yang dia katakan? Min Hee? Mereka berpacaran diam-diam di belakangku? Dia membuangku di saat-saat aku sedang berusaha memperbaiki diri. Apakah ini bentuk pemberontakkannya. Bukankah dia pria yang sangat jujur, selingkuh, tetapi tidak segan-segan untuk diumbar pada kekasihnya sendiri. Ah aku lupa, aku sudah tidak menjadi kekasihnya mulai saat ini. Tubuhku kaku dan mataku memanas.
            “Seharusnya tadi aku langsung menamparnya.” Ucapku sambil menahan air mata.
            “Jangan menangis Ji Yo.” Aku menghapus buliran air mata yang sempat keluar dari ujung kelopak mata kiriku.
            “Dalam beberapa hari ke depan pasti dia akan meminta maaf padaku dan memintaku kembali untuk menjadi kekasihnya. Bukankah ini sudah biasa terjadi.” Hiburku pada diri sendiri.
            “Tetapi bagaimana jika dia terus menghindariku?” Tanyaku yang menimbulkan rasa pesimis.
            Aku masih sangat mencintainya. Tidak ingin dia dimiliki oleh gadis lain. Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semuanya.
            “Sepertinya, sekarang waktunya aku yang meminta maaf dengan berbagai cara.”
Aku harus mengenyampingkan harga diriku untuk sementara waktu.
***
            Hari ini aku membawa bekal. Bukan untuk diriku tetapi untuk Kyuhyun. Dia sangat sering mengabaikan sarapan sebelum berangkat ke kampus. Dia menyukai rollade dan gimpab, sehingga hari ini aku bangun pagi-pagi sekali untuk membuatkan menu kesukaannya tersebut sampai mengabaikan sarapanku sendiri.
Aku menatap riang kotak bekal berwarna hijau yang sekarang berada di tanganku. Beruntung sekali, aku melihatnya berada di bangku taman bersama salah satu temannya, kalau tidak salah namanya Donghae.
            “Kyu!” Panggilku setelah jarak kita sudah dekat.
            Mereka berdua seketika menoleh ke arahku. Namun, Kyuhyun memiliki tatapan yang berbeda dari Donghae. Seperti tatapan jengah. Jangan terpengaruh oleh tatapan intimadasinya Ji Yo, jangan menyerah.
            “Bukankah kemarin kita sudah resmi berpisah, apakah itu belum jelas, Ji Yo-ssi.” Ucapnya dingin dan penuh penekanan.
            “Ada apa dengan kalian berdua?” Ucap Donghae kebingungan.
            “Kyu, aku membawakan bekal untukmu. Emm ini buatanku sendiri, pasti kau belum makan kan?” Ucapku dengan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap biasa-biasa saja.
            “Buatanmu? Sejak kapan kau bisa memasak, pasti rasanya tidak enak.” Ucapnya mengejek.
            “Tapi Kyu...” Ucapku sambil menahan amarah.
            “Aku sudah makan bekal pemberian Min Hee tadi.” Ucapnya tanpa memedulikan perasaanku.
            “Kyu, kau kenapa tidak memiliki hati, Ji Yo sudah susah-susah membuatkan bekalnya untukmu, hargailah sedikit.” Ucap Donghae tiba-tiba.
            “Hae. Jika merasa kasihan kepadanya ..” tiba-tiba Kyuhyun merebut kotak bekal yang berada di tanganku.
            “Makan ini, jadi dia tidak sia-sia memasaknya.”
            Kyuhyun menyerahkan kotak bekal itu ke pangkuan Donghae, lalu pergi meninggalkan kami berdua.
            “Mungkin dia benar, kalau masakanku tidak enak, nanti kau bisa keracunan.” Ucapku dengan bibir bergetar.
            Donghae hanya terdiam saat aku mengambil kembali kotak bekalku. Aku berbalik dan merasakan sentuhan pada bahuku.
            “Bukankah itu bekal milik Kyuhyun, dan Kyuhyun sudah memberikannya padaku. Jadi ini milikku.” Ucapnya lalu duduk kembali.
            Ia membuka kotak bekalnya dan langsung melahap isinya. Aku masih dengan kokoh berdiri di hadapannya.
            “Wah Kyuhyun sangat rugi karena tidak menerima bekal pemberianmu. Aku rasa ini lumayan enak.” Ujarnya dengan mulut penuh makanan.
            Aku mengambil tempat di sebelahnya sambil menghela napas.
            “Kau sedang berusaha menghiburku kan? Pasti rasanya sangat buruk.”
            “Dari tadi pagi aku belum makan apa pun.” Dia terus memasukan makanan itu ke dalam mulutnya.
            “Sudah kuduga.” Ucapku pelan.
            “Aku sungguh lapar.” Ia berusaha meyakinkan.
            “Kalau kau lapar, habiskanlah semua.” Ucapku dan beranjak untuk pergi.
***
            Aku belum berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan maaf darinya, tetapi kenapa rasanya sudah sangat lelah. Kemarin aku datang menghampirinya yang berada di depan kelas, tetapi ternyata dia sedang menunggu Min Hee dan mengabaikanku. Mereka berdua bergandengan tangan tepat di depan mataku. Dan menurutku itu namanya sudah keterlaluan.
            Jalanku semakin melambat saat jalan yang aku pijaki mulai menanjak. Sungguh aku ingin sekali menampar pipi Kyuhyun. Aku menendang-nendang kerikil yang menghalangi jalanku sambil menggerutu tidak jelas.
            “Arggghhh.” Teriakku frustasi lalu membuang sepeda yang sejak tadi aku tuntun.
            “Hey Nona, jika ingin berteriak-teriak jangan di jalan pergi saja ke hutan.” Ucap ahjumma tua yang sedang duduk di depan toko kecil miliknya.
            Aku hanya bisa memungut kembali sepedaku dan merapikan ikatan rambutku. Ini sudah hampir dua minggu, mengapa Kyuhyun belum memintaku untuk kembali menjadi kekasihnya tetapi malah semakin lengket dengan Min Hee.
            Hari ini aku harus pergi ke taman dan makan es krim di kedai milik Park Ahjussi, biasanya hanya itu satu-satunya tempat yang dapat menghiburku.
***
            Kenapa tempat pelarianku terisi oleh makhluk menyebalkan seperti Kyuhyun. Mengapa saat sudah tidak menjadi milikku dia terlihat semakin tampan. Oh Ji Yo, ayo berpikir yang waras. Dia terlihat sendirian, aku harus bergerak cepat. Biarlah terlihat murahan karena mengejar-ngejar pria. Lebih tepatnya cenderung mengemis cinta.
            Kukayuh pedal sepedaku lebih kuat agar cepat sampai ke posisinya. Namun, belum sampai ke tempat yang aku tuju, tiba-tiba seorang wanita menyeberang jalan, aku yang terkejut tidak bisa menghindar dan pada akhirnya kita saling bertabrakan. Aku terpental lumayan keras ke jalan aspal dan wanita yang aku tabrak tersungkur tidak jauh dari posisiku. Tidak lama, terlihat dia sedang dipapah oleh seorang pria yang sangat aku kenal. Aku melihat Kyuhyun yang dengan telaten mendudukan wanita itu yang ternyata adalah Min Hee di kursi taman, Min Hee memang yang hanya menggunakan dress selutut sepertinya mendapat luka di bagian kaki. Ia membersihkan luka tersebut dan meniupnya dengan perlahan saat mencoba mengikatkan sapu tangan pada pergelangan lutut milik Min Hee. Tekanan darahku menaik dan keinginan untuk menampar Kyuhyun tiba-tiba menguat. Bisa-bisanya dia membiarkan diriku yang lebih kesakitan dan malah menolong kekasih pelariannya. Saat aku berusaha sekuat tenaga untuk bangun, mataku melihat bayangan milik Kyuhyun berada tepat di hadapanku.
            “Kenapa kau suka sekali mengikutiku. Kau tahu! Kau merusak acara kencanku dengan Min Hee, dan ditambah lagi, kau membuat gadisku terluka!” bentaknya tepat di depan wajahku.
            “Apa yang kau katakan, dia yang menyebrang jalan sembarangan!” teriakku sambil menunjuk-nunjuk Min Hee yang terlihat sedang tersenyum sinis ke arahku.
            “Jika bukan kamu yang tidak bisa menaiki sepeda dengan benar, hal seperti ini tidak mungkin terjadi!”
            “Ini hanya kecelakaan kecil Kyu, lagi pula dia hanya lecet sedikit.” Belaku dengan terengah-engah karena emosi. “Kenapa kau mati-matian memarahiku hanya untuk membela gadis itu.”
            “Dia jauh lebih baik darimu.”
            “Kau.. kau sangat menyukainya Kyu?” Ucapku dengan air mata yang tiba-tiba mengalir di pipiku.
            “Bukan hanya menyukainya tapi sangat mencintainya.”
            “Kau tidak peduli lagi padaku Kyu?” ucapku berusaha menatap matanya.
            “Tidak.” Ucapnya sakartis.
            Kata-katanya sangat menyayat hati. Baik. Mulai hari ini aku menyerah. Aku tidak kuat lagi dengan berbagai cemoohan dan kata-kata kasar yang kau gunakan untuk menjauhkanku Kyu.
            “Setelah semua perlakuanmu padaku, seharusnya kau meminta maaf padaku Kyu.” Ucapku padanya seraya berusaha mendirikan sepedaku yang teregeletak di aspal.
            “Ji Yo.” Panggilnya melembut.
            Sambil menahan rasa sakit pada kakiku, kukayuh kembali sepedaku. Aku ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Pipiku terasa hangat sekaligus perih, mungkin pipiku sedikit tergores saat terjatuh tadi lalu terkena air mata yang terus keluar dari kedua kelopak mataku. Aku tidak menengok ke belakang untuk melihatnya, tidak boleh, jangan mengharapkan Kyuhyun kembali dia sudah punya Min Hee, dengar Ji Yo, kau wanita baik-baik jangan rusak hubungan orang lain. Mungkin Kyuhyun benar, aku bisa dewasa saat tidak bersama dengannya.
***
            Aku melupakan rencana awal untuk menghibur diri dengan makan es krim, sekarang aku lebih memilih untuk makan di kedai makanan yang berada di dekat flat milikku.
            “Aku harus makan yang banyak.” Ucapku sambil menyumpitkan sepotong daging dalam ukuran besar ke dalam mulutku.
            Air mataku mengalir kembali saat teringat perilaku kasar Kyuhyun padaku.
            “Ji Yo kau harus tahu situasi dan keadaan, ini tempat umum, jangan memalukan diri sendiri.” Kataku pada diriku sendiri.
            Kuhapus air mataku dengan kasar lalu kembali menyumpitkan nasi dalam skala besar.
            “Pasti rasanya sangat asin, rasa asin pada daging ditambah air matamu yang sejak tadi terus keluar.” Ucap seseorang yang tiba-tiba menyodorkan sapu tangan di depan mataku yang sedang asyik melahap daging.
            Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati sosoknya. “Donghae?”
            Dia duduk dan ikut memakan pesanannya yang sepertinya sudah dipesan saat aku sibuk menangis tadi.
            “Jika menurutmu ini sangat asin seharusnya jangan memberikan sapu tangan tetapi minuman ringan.” Ucapku sambil mengambil sapu tangannya.
            “Ini aku pakai ya?” Ucapku seperti meminta izin. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban.
            Aku dengan tidak segan mengelap air mataku dan ingusku menggunakan sapu tangannya.
            “Apakah penyebabnya adalah Kyuhyun.” Tanyanya.
            “Siapa lagi.” Jawabku. “Apakah aku terlihat sangat menyedihkan?”
            Donghae hanya tersenyum namun aku menangkap tatapan prihatin dari matanya. Aku tahu, aku memang wanita yang sangat menyedihkan.
            “Apakah kau habis berperang dengan Min Hee untuk memperebutkan Kyuhyun?”
            “Aku tidak berperang dengan Min Hee tetapi ribut dengan Kyuhyun.” Ucapku sambil menyunggingkan senyum getir.
            “Lukamu itu apakah tidak sakit? Kau dipukuli oleh Kyuhyun?” Tanyanya polos setelah melihat lebam di pipiku.
            “Ya ampun Donghae, Kyuhyun tidak sekeji itu, kecuali mulutnya yang jahanam.” Tiba-tiba saja nada bicaraku meninggi. “Aku terjatuh dari sepeda saat ingin menghampirinya untuk memberikan sebuah pukulan maut.” Ucapku sedikit berbohong.
            “Ahaha..” Ia terkikik setelah mendengar kebohonganku.
            “Tertawalah sepuasmu Donghae-ssi.” Cibirku.
            “Ji Yo-ssi aku bisa membantumu untuk membalas dendam pada Kyuhyun.”
            “Aku tidak ada niatan untuk membalas dendam padanya, sia-sia saja. Dia bilang sangat mencintai kekasihnya yang sekarang, padahal saat berpacaran denganku dia tidak pernah membela diriku mati-matian seperti tadi sore. Hey bukankah kau sahabatnya?” tanyaku heran dengan tawarannya.
            “Jika sahabatku sudah bertindak melewati batas aku tidak mungkin membiarkannya begitu saja, dulu dia hanya ingin kau jera Ji Yo-ssi, tetapi sepertinya dia menikmati sandiwaranya, dan lebih memilih Min Hee.” Ucap Donghae menjelaskan.
            “Ja-jadi pada awalnya Kyuhyun tidak serius?” tanyaku pada Donghae.
            “Mungkin.” Jawabnya singkat. “Dulu aku yang mengejar-ngejar Min Hee, tetapi ia lebih memilih sebagai simpanan Kyuhyun.”
            “Hae, kau pasti sangat sakit.” Ucapku jadi berbalik simpati padanya.
            “Tidak, kamu lebih memprihatinkan daripada diriku.” Ucapnya diiringi senyuman lebar.
            “Kurang ajar kau.” Ucapku datar.     
            Malam itu aku habiskan untuk bercanda dengan Donghae. Dia memesan banyak makanan sebagai bentuk perayaan untuk diriku yang menyerah dalam mengejar cinta Kyuhyun. Dasar orang aneh. Aku tahu dia sedang mencoba menghiburku sama seperti kejadian bekal waktu itu.
            “Terima kasih karena sudah bersusah payah menghiburku.” Ucapku setelah kami keluar dari kedai.
            “Tidak perlu, lagi pula tadi aku tidak sengaja melihat gadis patah hati yang makan dengan rakus. Emm.. aku tidak tega jika melihatmu pingsan karena tersedak. Jadi aku menghampirimu. Untuk jaga-jaga.” Candanya.
            “Tidak lucu.” Ujarku.
            “Tapi kau mengaku sendiri jika kehadiranku mampu menghiburmu.” Dia berkata seolah-olah kehadirannya sangat berjasa untukku.
            “Terserah. Aku pulang dulu.” Pamitku padanya.
            “He-em hati-hati di jalan.”
            Segera kududuki sadel sepedaku lalu melambaikan tangan kiriku padanya. “Terima kasih untuk traktirannya. Jangan lupa, kotak bekalku masih ada padamu.”
            “Akan kubawa besok.” Jawabnya lalu berjalan mengambil arah berlawanan dengan ruteku.
            Aku mengeratkan pegangan tanganku pada stang saat tiba-tiba sosok Kyuhyun bersama Min Hee tertangkap oleh mataku sedang berada di dalam mobil putih milik Kyuhyun yang melintas di jalan raya depan kedai. Wajah Kyuhyun yang terkena sorotan lampu jalan menampilkan ekspresi bahagia yang tidak pernah ia tunjukkan saat kita bersama dulu.
            Aku sadar, Min Hee memang benar-benar wanita yang cocok untuk Kyuhyun. Senyuman kecut hanya bisa ku sunggingkan sebagai reaksi setelah melihat kemesraan mereka. Kyuhyun mungkin sangat tersiksa saat menjalani hubungan denganku.
            “Aishh Ji Yo kau mulai lagi, ikhlaskanlah mereka. Ikhlas. Ikhlas. Hufttt.”
            “Jika dia jodohmu pasti suatu saat nanti dia akan dengan sendirinya kembali ke pelukanmu.” Lagi-lagi kata penghibur kulontarkan pada diriku sendiri.
            Kulanjutkan kayuhanku, melewati trotoar jalan diiringi tetesan lembut air yang turun dari percampuran mendungnya awan bersama kegelapan langit di malam hari.
Karena kau pria yang aku miliki, karena kau cinta yang aku miliki
Kau tidak dapat mendengar
Juga tidak dapat mendengar hatiku
Cinta yang disampaikan air mataku
Bagaimana air mata dapat membawa kembali seseorang yang tidak punya perasaan…


FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar