Cast:
·
Kim Ji Yo (OC)
·
Eun Hyuk
Genre: Romance (AU)
Rating: PG 15+
Length: Oneshoot
Disclaimer:
Ide muncul dari otak saya sendiri, tapi kayaknya feel tidak
mengena J. Lagi-lagi ini
murni romance gak ada konflik hehe.
Soundtrack: My Heart Is Beating by K.Will
“Yang pertama kurasakan saat pertama
kali melihatmu adalah debaran aneh yang yang terjadi pada jantungku”
“Dingin.”
Protesku pada cuaca hari ini.
Saling
kugosokkan kedua telapak tanganku dan semakin kurapatkan seragam yang aku
kenakan berusaha untuk menghangatkan tubuh pada penghujung musim gugur tahun
ini. Jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul lima sore, tetapi aku
masih enggan meninggalkan tempat ini dan melanjutkan perjalanan pulang ke
rumah.
Aku malas di rumah sendirian, sore hari
seperti ini pasti rumah sangat sepi. Ibuku tiba di rumah pada pukul delapan
malam, sepulangnya dari bekerja di restoran milik Jang Ahjumma, sedangkan ayah
pulang lebih larut. Otomatis jika aku pulang sekarang, maka aku yang harus
menyiapkan makan malam dan pada akhirnya aku juga yang akan memakannya sendiri
seperti biasa. Hari ini tidak ada kelas tambahan maka inilah kegiatan yang
biasa aku lakukan yaitu bertahan di halte bus seorang diri.
Saat
tatapanku terpaku pada lalu-lalang kendaraan, fokusku teralihkan oleh suara
derap langkah kaki seseorang yang mendekat. Dengan refleks aku menolehkan
wajahku untuk melihat siapa yang sedang duduk dan mengambil tempat di
sebelahku.
DUG..
DUG.. DUG DUG DUG DUG… tiba-tiba dadaku merasakan sesuatu yang aneh, semakin
lama kinerja jantung ini semakin cepat. Suara jantungku saat ini hampir sama
dengan saat-saat aku dipanggil oleh seosaengnim untuk maju ke depan kelas dan mengerjakan
soal Matematika. Ah tidak, ini tidak sama. Ini lebih menyenangkan jika
dirasakan lebih teliti.
Aku
mengalihkan tatapanku dari dirinya, setelah sebelumnya ia balik menatapku
sembari tersenyum ramah. Kembali kutelisik penampilannya dari atas hingga bawah.
Dilihat dari cara berpakaiannya ia adalah orang yang sangat memperhatikan fashion, namun tidak berlebihan dan
enak dilihat oleh mata. Rambutnya berwarna coklat cerah, dengan poni yang
sedikit menutupi alis matanya. Aku terpesona padanya, mungkin peristiwa yang
sedang aku alami sekarang bisa dipadankan dengan kata-kata “dari mata turun ke
hati”.
Ia sibuk mengutak-atik
layar ponsel, sambil mengetuk-ngetukkan kakinya pada lantai halte. Dengan lihai
aku mencuri-curi pandang, namun terhenti saat ia tiba-tiba beranjak dari
duduknya. Rasanya aku tidak rela saat ia akan melangkahkan kaki menaiki bus. Namun,
aku sangat terkejut melihatnya menoleh padaku dan tersenyum selama 3 detik, dan
selanjutnya ia kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam untuk mencari
tempat duduk yang kosong. Hingga bus tersebut melaju kembali, diriku masih
setia duduk termenung, belum tersadar dari kebodohan yang aku ciptakan sendiri.
Seharusnya tadi aku mengikutinya masuk ke dalam dan pulang satu bus dengannya.
***
Sore
berikutnya. Aku berharap dapat kembali bertemu dengannya, walaupun kemungkinannya
sangat kecil, namun harapan seperti ini sudah sering dialami oleh gadis-gadis
di luaran sana. Hari ini aku pulang sedikit lebih malam dibanding hari-hari
sebelumnya, sebab mata pelajaran yang dijadwalkan pada kelas tambahan kemarin yang
sempat tertunda pada akhirnya ditambahkan pada kelas tambahan sore ini juga. Ponselku
bergetar, tertanda pesan masuk dari ibuku yang isinya mengharuskanku pulang
cepat malam ini. Aku mendesah kesal, karena berarti aku tidak bisa berlama-lama
duduk di halte bus dan menunggu sosoknya datang. Sepuluh menit aku menunggu,
bus dari arah kiri datang dan berhenti tepat di depanku.
“Hah,
mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bertemu kembali.” Ucapku pelan.
Setelah menempelkan T-
Money card pada alat scanning segera kulangkahkan kakiku
menuju kursi kosong yang tersedia.
“Tubuhku lelah sekali.”
Keluhku.
Aku memilih untuk
memejamkan mata. Sekadar memejamkan mata, tidak ada niat untuk tidur di dalam
bus.
“Ahjussi, tunggu aku..
tunggu.” Suara laki-laki samar-samar terdengar olehku.
Bus yang sebelumnya
sudah bergerak pelan tiba-tiba terhenti. Terdengar olehku orang yang
berteriak-teriak tadi masuk dengan sangat tergesa-gesa karena suara berisik yang
ditimbulkan oleh sepatu yang bersinggungan dengan lantai tangga bus.
“Gamsha hamnida Ahjussi.” Ucapnya setelah
menormalkan nafasnya.
Sepertinya aku merasakan
orang tadi memilih duduk di sampingku. Segera kubuka mataku untuk mengintip
penumpang berisik ini.
“Aku boleh duduk di
sini kan?” Ucap orang tersebut.
Demi apa? Saat ini,
sosok yang sekarang sedang berada di dekatku adalah laki-laki yang kemarin
membuatku terpesona. Terlihat ia masih setia melihat ke arahku, seperti
menunggu jawaban yang keluar dari mulutku.
“Oh tentu saja,
bukankah semua tempat duduk di dalam bus ini fasilitas umum.” Ucapku disertai
senyuman.
Dia hanya membalas
dengan senyuman, lalu melepas tas ransel warna hitam dari kedua bahunya.
Aku
mengamati keadaan bus yang sepi, dari belakang hingga depan hanya berisi enam
penumpang termasuk diriku dan laki-laki ini, tetapi mengapa ia lebih memilih
untuk duduk di sampingku? Bukankah masih banyak tempat duduk kosong yang
tersedia? Ini menimbulkan kecurigaan yang menyenangkan buatku.
Sambil
menyenderkan kepala pada jendela bus, aku melihatnya sedang membuka-buka isi
ranselnya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Sampai aku tersadar bahwa seragam
yang kita gunakan sama. Berarti?.
“Chogiyo..
apakah kita dari SMA yang sama?” Tanyaku yang langsung dapat mengalihkan
perhatiannya dari layar smartphone yang sedang ia gunakan.
“Benar.”
Balasnya singkat.
“Oh.”
Ujarku.
“Aku
baru pindah seminggu yang lalu, jadi aku anak baru. Perkenalkan namaku Eun
Hyuk. Agasshi?” Ucapnya seraya menyodorkan tangan kanannya.
“Joneun
Ji yo imnida, emm Kim Ji Yo.” Balasku sambil menjabat tangannya.
Dadaku
bergemuruh kembali, walaupun hanya sepersekian detik ia menyentuh tanganku,
tetapi aku merasakan hal yang sama saat pertama kali melihatnya kemarin. Aku
memegang dadaku sambil menyunggingkan senyum ke arah jendela.
“Ji Yo-ssi.”
Panggilnya.
“Nde?” Balasku, kembali
menghadapnya.
“Kamu turun di mana?”
“Ah.. aku turun di
pemberhentian setelah ini, Eun Hyuk-ssi sendiri?”
Aku mengira dia akan
bertanya hal-hal yang tidak biasa, ternyata hanya bertanya akan turun di mana.
“Aku turun di dua
pemberhentian lagi.” Ucapnya disudahi dengan mengambil jeda.
“Ji Yo-ssi, kita pernah
bertemu sebelumnya kan?” Tanyanya, namun matanya tidak menatapku. Dia terlihat
malu-malu saat mengatakannya.
“Aku rasa pernah….”
Ucapku dengan nada ragu-ragu. Mungkin ia menyadari saat adegan terpesonaku
kemarin.
“Kemarin.” Ucapnya
seperti melengkapi jawabanku tadi.
“Ah benar.” Ternyata ia
menyadarinya.
“Ji Yo-ssi boleh aku
meminta nomor ponselmu? Ah maafkan aku, mungkin ini tidak sopan karena sudah
berani meminta nomor ponselmu padahal kita baru bertemu dua kali.” Ucapnya
cepat tanpa menunggu reaksiku.
Aku terkejut dengan
sikapnya. Dia adalah laki-laki yang ramah dan sangat menjaga perilakunya di
depan seorang gadis.
“Eh tentu saja, mungkin
nanti kita bisa membutuhkannya untuk komunikasi.” Balasku disertai air muka
yang memerah.
Setelah
bertukar nomor ponsel dengannya, tak terasa pemberhentian bus sudah dekat.
Segera kutekan tombol merah yang berada di sebelah kanan kursiku. Sebelum
keluar dari bus, aku menyempatkan untuk menoleh pada Eun Hyuk dan tersenyum
padanya, ia membalasnya dengan lambaian disertai gerakan mulut yang mengatakan
padaku untuk hati-hati. Aku tersipu dengan tingkah lakunya. Sebelum bus pergi
meninggalkan halte, aku sempatkan kembali melihat Eun-Hyuk. Ia berada di sisi
jendela, duduk di kursi yang tadi aku tempati. Ia menyadariku yang melihatnya
lalu tersenyum sambil membuat tanda telepon dengan jari jempol dan kelingking lalu
ditempelkan pada telinganya. Seketika jantungku kembali berdetak kencang.
***
Winter in January~
Malam
ini aku pulang sekolah bersama Eun Hyuk, setelah sebelumnya kita sudah terbiasa
pulang bersama. Meskipun sudah menjadi teman dekat, aku masih sering merasakan
debaran jantung yang tak terkendali saat berada di dekatnya. Setelah
mengenalnya lebih dekat, ternyata Eun Hyuk adalah orang yang sangat humoris dan
menyenangkan. Dia sangat suka membuat lelucon dan melakukan hal-hal konyol yang
tidak terduga.
Pemberhentian bus nomor
tiga. Aku turun dari bus lebih dulu dan Eun Hyuk masih harus melewati satu
pemberhentian lagi. Udaranya sangat dingin, membuatku ingin segera pulang untuk
menghangatkan tubuh dan menyantap sup buatan ibu.
TUK TUK.. Tiba-tiba aku
mendengar ketukan yang berasal dari jendela bus. Aku membalikkan tubuhku dan
mengetahui bahwa itu adalah ulah Eun Hyuk. Tiba-tiba ia meniup permukaan kaca
jendela yang menghasilkan embun pada kaca tersebut, selanjutnya ia menulis
huruf I disertai bentuk hati dan U dengan jari telunjuknya. Setelah melakukan
aksinya ia melambai padaku dan mengucapkan kata hati-hati. Aku hanya bisa
menampilkan wajah terkejutku sambil mengumbar senyum padanya hingga bus yang
ditumpanginya berlalu dari hadapanku.
FIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar