Sadranan
adalah tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah
pedesaan, contohnya di tempat tinggal saya.
Tradisi ini sudah diadakan secara turun temurun. Di desa saya sadranan
dilakukan oleh perseorangan dan hanya dilakukan oleh satu kepala keluarga yang
memang mampu untuk menyelenggarakannya.
Tujuan
dari kegiatan ini menurut sumber yang saya dapat adalah untuk menghormati para
leluhur serta doa kepada Alloh Swt. Saya belum tahu motif apa dibalik kegiatan
ini, karena ini dilakukan sudah sejak zaman dahulu sebelum agama Islam masuk ke
wilayah Jawa.
Rangkaian kegiatan:
- Bersih
makam
Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari sampai
menjelang Sholat Dhuhur, dilakukan oleh beberapa anggota keluarga laki-laki
serta didampingi oleh tokoh sesepuh. Makam yang dibersihkan adalah makam
leluhur dan makam yang masih ada hubungan darah (saudara).
- Acara
doa
Acara doa dilakukan sesudah acara bersih makam. Doa
ditujukan kepada Sang Maha Pencipta untuk keselamatan para kerabat yang masih
hidup serta untuk mengirim doa untuk ketentraman arwah kerabat yang sudah
meninggal.
- Kenduri
Acara kenduri ini biasanya dilakukan setelah waktu
Maghrib. Yang diundang umumnya para saudara dan
kerabat dekat serta para tetangga saja. Dalam acara kenduren ada hal
yang penting yaitu tumpeng atau di tempat saya disebut “ambeng”. Jumlahnya
harus genap dan minimal berjumlah dua.
Di
dusun tempat saya tinggal, acara ini bukan sesajian yang dipersiapkan, tetapi
hanya kemenyan. Kemenyan ini akan dibakar saat berada di makam dan selebihnya
ditaruh di depan rumah si pemilik hajat. Saya belum tahu sesaji apa saja yang
dipersiapkan di daerah lain karena biasanya setiap wilayah memiliki cara yang berbeda-beda.
Hasil
Lokasi: Dusun Sabuk,
Desa Karanganyar, Kec. Purwanegara, Kab. Banjarnegara.
Informan: Ibu Partijah
Perkembangan acara
sadranan
- Periode
awal
Zaman dahulu, acara sadranan dilakukan untuk
pemujaan kepada para arwah leluhur. Kepercayaan masyarakat zaman dulu masih sangat
kuat terhadap para arwah leluhur, karena mereka menganggap masih hidup bersama
di dunia. Menurut sumber yang saya dapat, dulu ritual ini masih menggunakan
sesajian berupa berbagai jenis makanan dari yang masih mentah hingga yang sudah
matang dan enak untuk dikonsumsi.
- Periode
perkembangannya
Banyak yang mengatakan kalau tradisi ini sudah ada
sejak zaman Hindu-Budda, lalu setelah agama Islam masuk, para Wali merubah
tatanannya agar selaras dengan agama Islam.
- Periode
sekarang
Tradisi sadranan disetiap daerah pasti berbeda, begitu
juga di lingkungan tempat tinggal saya. Tradisi sadranan yang ada di sekitar
daerah saya hanya diselenggarakan secara sederhana. Tidak ada sesajen yang
disiapkan untuk para leluhur seperti pada zaman dulu. Sekarang hanya doa-doa
yang dipanjatkan kepada Alloh Swt. untuk para leluhur dan keselamatan keluarga
yang masih hidup.
Sadranan
mengandung makna kalau manusia itu harus selalu ingat jika hakikatnya hidup itu
bersama-sama dengan menunggu meninggal. Ini maksudnya supaya dalam menjalani
hidup kita harus berhati-hati dalam memilih jalan hidup yang baik. Sadranan
juga menyadarkan manusia tentang hidup dan mati. Yang mati telah melahirkan
yang hidup, lalu yang hidup akan menyusul yang mati.
Penutup:
Tradisi
Sadranan sudah ada sejak zaman dahulu sebelum agama Islam masuk ke wilayah
Indonesia khususnya daerah di pulau Jawa. Di periode awal, tradisi ini
diadakan dengan tujuan pemujaan terhadap para arwah nenek moyang. Lalu pada
perkembangannya setelah agama Islam masuk, tradisi ini dirubah dan lebih
dihaluskan agar selaras dengan ajaran Islam, pemujaan dihapus diganti dengan
doa-doa untuk Alloh Swt. Pada masa sekarang, tradisi ini lebih mudah untuk
dijalani, hanya berziarah ke makam-makam kerabat lalu kirim doa, setelah itu
mengadakan acara kenduri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar