Kamis, 04 Desember 2014

SADRANAN


Sadranan adalah tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah pedesaan, contohnya di tempat tinggal saya.  Tradisi ini sudah diadakan secara turun temurun. Di desa saya sadranan dilakukan oleh perseorangan dan hanya dilakukan oleh satu kepala keluarga yang memang mampu untuk menyelenggarakannya.  

Tujuan dari kegiatan ini menurut sumber yang saya dapat adalah untuk menghormati para leluhur serta doa kepada Alloh Swt. Saya belum tahu motif apa dibalik kegiatan ini, karena ini dilakukan sudah sejak zaman dahulu sebelum agama Islam masuk ke wilayah Jawa.
Rangkaian kegiatan:
  1. Bersih makam
Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari sampai menjelang Sholat Dhuhur, dilakukan oleh beberapa anggota keluarga laki-laki serta didampingi oleh tokoh sesepuh. Makam yang dibersihkan adalah makam leluhur dan makam yang masih ada hubungan darah (saudara).
  1. Acara doa
Acara doa dilakukan sesudah acara bersih makam. Doa ditujukan kepada Sang Maha Pencipta untuk keselamatan para kerabat yang masih hidup serta untuk mengirim doa untuk ketentraman arwah kerabat yang sudah meninggal.
  1. Kenduri
Acara kenduri ini biasanya dilakukan setelah waktu Maghrib. Yang diundang umumnya para saudara dan  kerabat dekat serta para tetangga saja. Dalam acara kenduren ada hal yang penting yaitu tumpeng atau di tempat saya disebut “ambeng”. Jumlahnya harus genap dan minimal berjumlah dua.

Di dusun tempat saya tinggal, acara ini bukan sesajian yang dipersiapkan, tetapi hanya kemenyan. Kemenyan ini akan dibakar saat berada di makam dan selebihnya ditaruh di depan rumah si pemilik hajat. Saya belum tahu sesaji apa saja yang dipersiapkan di daerah lain karena biasanya setiap wilayah memiliki cara yang berbeda-beda.



Hasil
Lokasi: Dusun Sabuk, Desa Karanganyar, Kec. Purwanegara, Kab. Banjarnegara.
Informan: Ibu Partijah
Perkembangan acara sadranan
  1. Periode awal
Zaman dahulu, acara sadranan dilakukan untuk pemujaan kepada para arwah leluhur. Kepercayaan masyarakat zaman dulu masih sangat kuat terhadap para arwah leluhur, karena mereka menganggap masih hidup bersama di dunia. Menurut sumber yang saya dapat, dulu ritual ini masih menggunakan sesajian berupa berbagai jenis makanan dari yang masih mentah hingga yang sudah matang dan enak untuk dikonsumsi.
  1. Periode perkembangannya
Banyak yang mengatakan kalau tradisi ini sudah ada sejak zaman Hindu-Budda, lalu setelah agama Islam masuk, para Wali merubah tatanannya agar selaras dengan agama Islam.
  1. Periode sekarang
Tradisi sadranan disetiap daerah pasti berbeda, begitu juga di lingkungan tempat tinggal saya. Tradisi sadranan yang ada di sekitar daerah saya hanya diselenggarakan secara sederhana. Tidak ada sesajen yang disiapkan untuk para leluhur seperti pada zaman dulu. Sekarang hanya doa-doa yang dipanjatkan kepada Alloh Swt. untuk para leluhur dan keselamatan keluarga yang masih hidup.

Sadranan mengandung makna kalau manusia itu harus selalu ingat jika hakikatnya hidup itu bersama-sama dengan menunggu meninggal. Ini maksudnya supaya dalam menjalani hidup kita harus berhati-hati dalam memilih jalan hidup yang baik. Sadranan juga menyadarkan manusia tentang hidup dan mati. Yang mati telah melahirkan yang hidup, lalu yang hidup akan menyusul yang mati.

Penutup:
Tradisi Sadranan sudah ada sejak zaman dahulu sebelum agama Islam masuk ke wilayah Indonesia khususnya daerah di pulau Jawa. Di periode awal, tradisi ini diadakan dengan tujuan pemujaan terhadap para arwah nenek moyang. Lalu pada perkembangannya setelah agama Islam masuk, tradisi ini dirubah dan lebih dihaluskan agar selaras dengan ajaran Islam, pemujaan dihapus diganti dengan doa-doa untuk Alloh Swt. Pada masa sekarang, tradisi ini lebih mudah untuk dijalani, hanya berziarah ke makam-makam kerabat lalu kirim doa, setelah itu mengadakan acara kenduri.   




Tidak ada komentar:

Posting Komentar