Minggu, 07 September 2014

My True Story^^

Tidak baik memendam perasaan terlalu lama. Itulah sederet kata yang diberikan oleh teman dekatku setiap aku curhat tentang orang yang aku sukai selama empat tahun belakangan ini. Perkenalkan, aku adalah si jomblowati yang sulit move on. Sekarang berstatus sebagai seorang mahasiswi semester satu, untuk universitas dan jurusan tidak perlu disebutkan. Oke, kembali ke topik semula. Kenyataannya, pria itu sudah aku sukai secara diam-diam sejak diriku masih duduk di kelas 10 SMA. Sadar itu bukan waktu yang singkat, aku mengecap diriku sendiri payah dan bodoh. Membuang waktuku yang berharga hanya untuk setia menunggu seorang pria yang mustahil memiliki perasaan yang sama, tetapi mau bagaimana lagi, disesalipun sudah kepalang tanggung menyukainya sejauh ini.

Flashback ke masa lalu, memoriku masih menyimpan dengan jelas saat pertama kali melihatnya dalam kegiatan penyeleksian tim atlet sekolah. Dia adalah salah satu atlet senior yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Lebih tepatnya, pertama aku melihat sosoknya ketika sedang seleksi lari dengan jarak 100 meter. Wajah itu terlihat serius karena sibuk dengan tugas mencatat waktu yang ditempuh oleh para peserta seleksi. Dia memenuhi kriteria tipe idealku. Haha..jadi geli sendiri. Secara kulitnya putih, rambut hitam lurus yang dipotong pendek dan rapi, tapi masih menyisakan poni yang menutupi keningnya. Ia memakai jaket hodie warna putih dan juga celana trinning pendek sebatas lutut dengan warna senada. Meskipun ia tidak tinggi untuk ukuran pria tetapi menurutku penampilannya sudah cukup membuat hati para gadis tertarik padanya.

Dengan tololnya mataku tak mau berpindah ke lain objek selain dirinya. Ini adalah keberanian pertama yang pernah aku lakukan, meskipun ia sudah menghadap ke arahku dan saling bertemu pandang, aku masih saja berani menatapnya dengan intens. Setelah beberapa saat dengan canggung ia melepas kontak mata kami, mungkin dia merasa risih dengan tatapanku hingga selanjutnya ia mengambil posisi agak membelakangi tubuhku. Aku jadi kikuk sendiri.
***
Selang beberapa waktu setelah kegiatan tersebut dengan sendirinya aku mulai melupakan sosoknya, mungkin karena terlalu menyibukkan diri dengan tugas dan ulangan yang tidak bisa ditolerir sampai-sampai aku lupa dengan wajahnya. Aneh, memoriku yang terbatas atau sudah tidak peduli. Setiap gadis pasti akan mengingat dengan baik wajah pria yang disukainya, sedangkan aku hanya teringat dengan siluet tubuhnya. Hingga pada suatu ketika seseorang staff Tata Usaha yang masih muda dengan wajah lumayan tampan masuk ke dalam kelas. Staff Tata Usaha tersebut memberi informasi bahwa guru pengampu mata pelajaran Geografi sedang berhalangan hadir dan untuk tugas nanti akan menyusul menunggu guru piket datang. Selepas staff muda itu keluar aku seperti teringat akan sesuatu. Bingo! wajahnya mirip dengan Dia yang aku lihat saat di lapangan.Aku masih ragu dan di antara rasa tidak percaya. Jujur, wajahnya saja terasa remang-remang di otakku. Aku tertawa di dalam hati, kenapa diriku bisa mengagumi seorang staff Tata Usaha yang usianya terpaut jauh dariku?.
***
Bel tanda bergantinya jam telah berbunyi, waktunya moving class, mata pelajaran terakhir di hari Sabtu adalah Ekonomi. Bersama dengan teman-teman, aku berjalan dengan tergesa-gesa karena ingin mencari tempat yang aman dan nyaman agar bisa meluangkan waktu untuk mengantuk pada saat guru menerangkan. Saat hampir tiba ke kelas yang aku tuju secara tidak sengaja aku melihat seseorang berdiri di depan kelas Matematika. Ia memiliki wajah lebih mirip dengan pria yang aku lihat di lapangan. Seakan-akan ingatanku kembali. Dengan jelas aku dapat mengingat kembali wajahnya. Keraguanku terjawab sudah, dia nyata-nyata bukan staff Tata Usaha. Dia adalah kakak kelasku, dua tingkat di atasku. Kulihat dengan santainya ia berdiri di tengah-tengah pintu yang terbuka dengan lengan kanannya disenderkan ke kusen pintu dan jari tangan kiri ia sembunyikan ke dalam saku celana pramukanya. Layaknya model yang sedang berpose untuk sebuah majalah. Aku tersenyum simpul. Dia, kakak kelas yang spesial bagiku selama menimba ilmu di SMA.

Keraguanku sudah terjawab, tetapi aku belum tertarik untuk mengetahui namanya. Aku memang gadis pemalu yang tidak mau jujur mengakui perasaannya sendiri. Sering aku mencuri pandang padanya saat berpapasan. Pernah secara tidak sengaja kami bertemu pandang kembali untuk beberapa kali, tetapi aku selalu dapat menguasai situasi. Aku hanya menjaga image cuek dan dinginku terhadap lawan jenis, karena itu sudah menjadi prinsipku sejak lama.
***
Semester dua di tahun pertamaku di SMA, aku mendapat keberanian menceritakan perasaanku kepada dua teman terdekatku. Mereka menertawakanku karena tidak tahu namanya dan tidak pernah mengorek informasi tentang dirinya. Dulu aku sempat berpikir bahwa itu tindakan yang tidak penting, tetapi keinginan untuk tidak peduli malah membuatku semakin penasaran. Dari perbincangan pribadi itulah aku baru tahu nama dan mendapatkan fakta tentangnya kalau dia pernah berpacaran dengan teman sekelasku. Entah, aku tidak terkejut dan tidak terlalu merasakan sakit hati, karena aku hanyalah pengagum rahasia yang tidak berharap lebih.
Sampai dia lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi, rasa ini belum ada perkembangan.  Masih sama seperti dulu, tidak bertambah, tetapi juga tidak berkurang. Aku masih menutup rapat dan menyimpannya dengan rapi dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Sudah empat tahun aku tidak pernah melihat sosoknya, tiba-tiba kemarin aku melihatnya di kampus. Perlu dicatat aku melanjutkan ke perguruan tinggi yang sama dengannya bukan berarti mengejarnya seperti kisah dalam salah satu film Thailand Season Change. Aku akui kalau rasa ingin memilikinya suatu saat nanti timbul kembali, tetapi langsung kubuang jauh-jauh pemikiran tersebut setelah sadar kalau ia pasti sudah memiliki seorang kekasih. Sebisa mungkin aku tidak akan memaksakan diri dengan berusaha menghilangkan seluruh perasaan ini, aku akan mencoba dengan perlahan, terkikis dengan sendirinya hingga tidak bersisa, lalu digantikan oleh sosok lain yang lebih baik.



FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar